Minggu, 10 November 2013

Faktor-Faktor Keberhasilan Penyelengaraan OTOP Thailand: Pemanfaatan konsep kawasan komoditas unggulan pada koperasi pertanian

Review Jurnal 2
PEMANFAATAN KONSEP KAWASAN KOMODITAS UNGGULAN PADA KOPERASI PERTANIAN
Burhanuddin
(Peneliti Utama pada Deputi Pengkajian Sumberdaya UKMK)
INFOKOP VOLUME 16 – SEPTEMBER 2008 : 143-154

III.                   Faktor-Faktor Keberhasilan Penyelengaraan OTOP Thailand   
 3.1            Unsur-Unsur Penentu (determinant factors)
1)      Kesesuaian potensi sumberdaya alam yang mendukung munculnya produk unggulan dari suatu daerah yang memiliki daya saing sehingga membentuk ciri khusus di dalam pasar manca Negara (brand image). Konsep ini berhasil memotivasi produsen (UKM atau petani) sehingga muncul rasa bangga dalam menghasilkan komoditas tertentu yang menggunakan simbol, jargon, dll.
2)      Potensi SDM dalam kelompok-kelompok masyarakat memiliki modal dasar yaitu keterampilan, etos kerja dan semangat kerjasama. Hal ini terbentuk dengan adanya penyediaan dana pelatihan, konsultasi, dan pendampingan untuk pengembangan SDM. Pelatihan diberikan secara gratis dengan format hands-on practice yang berkesinambungan. Bentuk pembinaan diintegrasikan dengan kredit lunak.
3)      Pemerintah mendirikan Kantor Promosi UKM (OSMEP), Lembaga Pengembangan UKM (ISMED) dan mengubah institusi Usaha Keuangan Industri Kecil menjadi Bank Pembangunan UKM Thailand (SMED Bank of Thailand). Di samping itu digalakkan promosi dan pameran yang diprakarsai oleh Otoritas Pariwisata Thailand (Tourism Authority of Thailand) dan Badan Investasi (Board of Investment). Semuanya untuk memperkuat posisi tawar, menangkap peluang pasar dan penetrasi pasar baru.
4)      Dukungan permodalan yang memadai dalam bentuk kredit (suku bunga ringan tanpa agunan fisik tetapi dengan jaminan satu atau dua orang individu/individual guarantor) dan dana bergulir (revolving fund) untuk pengembangan industri rumah tangga dan kerajinan tangan. Kriteria penerima kredit antara lain: a) pernah mengikuti pelatihan atau pernah menerima bantuan pemasaran, proses produksi, pengembangan produk, praktek usaha; b) usaha yang ditekuni dinilai layak mendapatkan kredit; c) memiliki asset senilai maksimal 10 juta baht; d) menggunakan kerja paling banyak 50 orang tenaga kerja.
5)      Pemerintah memfasilitasi masyarakat dengan berbagai piranti teknologi, seperti tersedianya situs/website sebagai sumber informasi elektronik untuk keperluan perdagangan (e-commerce).
6)      Adanya dukungan dan kordinasi yang solid diantara institusi pemerintah yang dilangsungkan dengan gaya CEO (chief executive officer). Program OTOP lahir dari kebijakan dan strategi yang diterapkan pemerintah dan perkembangannya terus dipantau, dievaluasi serta diperbaharui melalui berbagai instrumen kebijakan untuk mencapai tingkat keberhasilan optimal. Tidak kurang dari 25 instansi pemerintah dan 12 Kementerian Negara Koperasi dan UKM terlibat untuk mengembangkan program ini.
7)      Konsistensi perencanaan pembangunan ekonomi yang berbasis masyarakat dan dilaksanakan secara bertahap. Arah pembangunan ekonomi adalah melepaskan diri dari keterpurukan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan. Strategi pembangunan pedesaan disusun dengan melibatkan tiga komponen yang berkepentingan yaitu pemerintah, swasta, dan LSM/organisasi lokal lainnya (cluster development).
8)      Keberpihakan kepada Pengusaha Ekonomi Lemah dan Menengah dan menempatkan peran sektor UKM sebagai tulang punggung perekonomian dalam negeri.
9)      Koordinasi yang baik diantara para pelaku pembangunan yang ditopang oleh kepemimpinan (leadership) dan adanya control masyarakat secara langsung atas berbagai program pembangunan. Komunitas petani/produsen dan pengusaha lokal berperan aktif dalam memilih dan menetapkan komoditas unggulan setempat.
10)  Adanya Patron Client yaitu Raja Thailand (Bhumibol Adulyadej) sebagai rujukan karena kharismanya, dihormati dan menjadi panutan semua lapisan masyarakat.
3.2       Penetapan Komoditas Unggulan OTOP
Sejauh ini program OTOP telah memilih dan menetapkan enam kelompok besar komoditas unggulan dengan tidak kurang dari 10 jenis produk dalam setiap kelompok. Sebagian besar produk telah memiliki segmen dan pangsa pasar (market share) tersendiri, baik di dalam maupun di luar negeri. Ciri khas produk yang tetap dipertahankan adalah adanya peran serta pengusaha-pengusaha kecil dan menengah yang berasal dari pedesaan setempat. Kumpulan komoditas unggulan tersebut diantaranya dapat dicermati dalam tabel 1.
Tabel 1. Pengelompokan Produk Unggulan OTOP
No
Kelompok jenis produk
Cakupan Kelompok Jenis Produk
1
Makanan
Beras, buah-buahan kering, rosela, biji-bijian manisan, selai pisang, pisang kering, madu, gurame goreng, ikan kering, baso ikan, telur, berbagai jenis kripik, dll.
2
Tekstil,
bahan kain dan pakaian
Aneka jenis kain sutera dan batik, tas tangan dari daun palma, aneka macam hiasan berukir dari bahan seng/kaleng, tembaga, dan metal lainnya
3
Kerajinan tangan dan
Souvenirs
Bunga tiruan (artificial flowers), kertas dari serat nenas, tas tangan dari daun palma, aneka macam hiasan berukir dari bahan seng/kaleng, tembaga, dan metal lainnya.
4
Minuman
Kopi, teh, susu, jus buah-buahan, air mineral, dan anggur (wine).
5
Hiasan (ornaments)
Bingkai foto, keranjang bambu, tas tangan dari bahan lokal : rami, pandan, dsbnya.
6
Tanaman obat /rempah
Berbagai produk perawatan wajah dan tubuh
termasuk bedak, minyak, sampo, dsbnya.
            Sumber : Makalah Sahat M. Pasaribu, 2007
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, (2000). Pendekatan Sentra Kluster dalam Mengembangkan UKM. Kementerian Koperasi dan UKM. Jakarta.
Anonymous, (2007). Notulen Hasil Diskusi One Tambon One Product, di Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta 7 Mei 2007.
Burhanuddin R., (2006). Perwilayahan Komoditas Kecamatan Muara Bengkal, Kabupaten Kutai Timur. Kerjasama CV. Asiplant, Bontang, Kalimantan Timur.
Pasaribu, Sahat M., (2007). Program OTOP Thailand dan Tantangan Pengembangan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Menengah. Makalah Diskusi One Tambon One Product, di Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta 7 Mei 2007.
Tambunan, Mangara dan Ubaidillah, (2003). Pasar Global, Apakah Ancaman atau Tantangan Bagi UKM ?, dalam Ekonomi Kerakyatan dalam Kancah Globalisasi. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.

Pendahuluan: Pemanfaatan konsep kawasan komoditas unggulan pada koperasi pertanian

Review Jurnal 1
PEMANFAATAN KONSEP KAWASAN KOMODITAS UNGGULAN PADA KOPERASI PERTANIAN
Burhanuddin
(Peneliti Utama pada Deputi Pengkajian Sumberdaya UKMK)
INFOKOP VOLUME 16 – SEPTEMBER 2008 : 143-154
Abstrak
            Salah satu peluang pengembangan usaha pada koperasi khususnya yang berkembang di sector pertanian adalah melalui program pengembangan kawasan komoditas unggulan pada suatu wilayah. Dasar pemikirannya adalah bahwa setiap wilayah umumnya memiliki kekhasan yang membentuk keunggulan komparatif.
            Konsep kawasan komoditas unggulan sebenarnya mereplikasi keberhasilan masyarakat dan pemerintah Jepang dan Thailand yang sudah membuktikan kehandalan model satu desa satu komoditas yang dibangun brdasarkan keunggulan komparatifnya. Di Jepang dikenal dengan istilah One Village One Commodity (OVOC) atau One Village One Product (OVOP) dan di Thailand, program sejenis dan dikembangkan secara lanjutdengan nama One Tambon One Product (OTOP).
            Untuk mendukung program ini diperlukan lanngkah awal berupa pemetaan dan identifikasi potensi produk unggulan, seleksi koperasi potensial, pemngamatan terhadap kesesuaian ppotensi sumber daya alam, SDM yang mempunyai keterampilan, etos kerja dan semangat kerjasama. Dibutuhkan kosistensi kebijakan dan program, bila perlu dibentuk suatu social lab project yang pada gilirannya menjadi rujukan semua pihak.
I.                   Pendahuluan
1.1.            Latar Belakang
Pada saat ini perhatian terhadap pengembangan lembaga koperasi memang tidak lagi segencar dan semarak seperti pada periode tahun 1970 dan 1980-an ketika pemerintah dan masyarakat larut dalam masalah berkoperasi. Masa itu hampir semua bidang usaha ingin dikoperasikan dan terkesan mengabaikan potensi kepentingan serta kearifan local spesifik. Memang sulit dibantah sebab sosok koperasi menjadi andalan kelembagaan yang memiliki kontitusional, yakni pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Bahkan the founding fathers of Indonesia meyakini bahwa lembaga koperasi sangat sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia yang mengandung nilai-nilai luhur dalam bentuk gotong royong, solidaritas, kejujuran, keterbukaan, kebersamaan dan esensi moral religious lainnya.
Koperasi sudah ditakdirkan tumbuh dan berkembang di Indonesia serta telah menjadi fenomena tersendiri, dan karena dipercaya masih memiliki peluang membangun ekonomi masyarakat, maka koperasi tetap perlu diberi ruang keberpihakan.
Naskah ini mencoba untuk mengkaitkan salah satu peluang pengembangan usaha pada koperasi, khususnya yang berkecimpung di sektor pertanian, yaitu melalui konsep yang oleh penulis disebut sebagai kawasan komoditas unggulan. Dasar pemikirannya adalah bahwa setiap wilayah pedesaan umumnya memiliki kekhasan tersendiri dalam menghasilkan komoditas tertentu karena kondisi alam, budaya cocok tanam, kebiasaan petani, dan sebagainya. Sifat unik per wilayah atau kawasan dengan produk-produk yang spesifik ini layak diangkat dan dikembangkan untuk kemaslahatan rakyat kecil melalui lembaga koperasi. Tidak ada salahnya meniru cara bangsa lain membangun rakyatnya sepanjang mampu dilakukan dan membawa nilai tambah.

II.                 Pemahaman Konseptual
Konsep kawasan komoditas unggulan sebenarnya akan mereplikasi keberhasilan masyarakat dan pemerintah Jepang dan juga Thailand yang sudah membuktikan kehandalan model satu desa satu komoditas. Di Jepang, konsep ini dikenal dengan istilah One Village One Commodity (OVOC) atau One Village One Product (OVOP). Bermula di Propinsi Oita-Jepang, Gerakan Satu Desa Satu Komoditas ini sukses mengangkat harkat desa miskin Oyama berkat adanya hasil pertanian unggulan meskipun dengan skala kecil (M. Tambunan, 2003 : 33).
Di Thailand, program sejenis diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang terinspirasi dan kemudian mengadopsi program tersebut untuk dikembangkan lebih lanjut dengan nama One Tambon One Product (OTOP). Tambon dalam bahasa setempat berarti kecamatan, sehingga OTOP dikenal sebagai suatu konsep atau program untuk menghasilkan satu jenis komoditas atau produk unggulan yang berada dalam suatu kawasan tertentu. Pengertian kawasan dalam hal ini bisa meliputi suatu areal wilayah dengan luasan tertentu yang dalam hal ini adalah wilayah kecamatan. OTOP di Thailand tidak lagi diartikan secara sempit sebagai batasan kawasan dan produk tertentu saja, tetapi sudah mengarah menjadi industri pedesaan dengan produk yang merambah ke luar negeri.
Secara konseptual, sebenarnya model OTOP maupun OVOP identik dengan konsep Agro-Ecological Zone (AEZ) atau Perwilayahan Komoditas Unggulan yang juga mengarahkan suatu kawasan tertentu untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis komoditas pertanian atau bahkan industri unggulan. Bedanya dalam konsep AEZ terdapat perhatian dan penekanan yang sangat kental kepada aspek kondisi lahan, topografi, sarana dan prasarana, serta kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Adapun konsep OVOP ataupun OTOP diterapkan pada kondisi dan kapasitas yang sudah terbentuk tetapi belum dioptimalkan untuk memasuki jangkauan pasar yang lebih luas.

Program OTOP diluncurkan sebagai terobosan untuk menggerakkan produksi dalam negeri khususnya dengan mengembangkan produk khas local yang telah dilaksanakan secara turun-temurun di wilayah yang bersangkutan. Setiap tambon diupayakan memiliki sedikitnya satu produk unggulan. Program ini mendorong pemanfaatan sumberdaya lokal (alam, manusia, dan teknologi), mengandalkan tradisi setempat dan menggunakan keahlian terbatas yang dimiliki masyarakat. Terutama untuk mendapatkan nilai tambah (added value) melalui perbaikan mutu dan penampilan. Misi program dikembangkan dengan berlandaskan kepada tiga filosofi yaitu: (1) merupakan produk lokal yang mengglobal, (2) menghasilkan produk atas kreativitas dan dengan kemampuan sendiri, serta (3) sekaligus mengembangkan kemampuan sumberdaya manusia. Secara perlahan tetapi pasti produk-produk baru akan bermunculan dan produk lama hadir dalam wajah baru. Satu tambon ternyata bisa menghasilkan sejumlah produk unggulan. OTOP secara konsisten diadopsi oleh hampir seluruh desa dengan melibatkan organisasi masyarakat setempat dan menurut laporan terakhir telah tercatat sebanyak 75.840 unit OTOP yang telah terdaftar di Thailand. Masyarakat pengusaha mikro dan kecil serta gerakan koperasi sangat antusias menyambut program OTOP di Thailand.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, (2000). Pendekatan Sentra Kluster dalam Mengembangkan UKM. Kementerian Koperasi dan UKM. Jakarta.
Anonymous, (2007). Notulen Hasil Diskusi One Tambon One Product, di Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta 7 Mei 2007.
Burhanuddin R., (2006). Perwilayahan Komoditas Kecamatan Muara Bengkal, Kabupaten Kutai Timur. Kerjasama CV. Asiplant, Bontang, Kalimantan Timur.
Pasaribu, Sahat M., (2007). Program OTOP Thailand dan Tantangan Pengembangan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Menengah. Makalah Diskusi One Tambon One Product, di Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta 7 Mei 2007.
Tambunan, Mangara dan Ubaidillah, (2003). Pasar Global, Apakah Ancaman atau Tantangan Bagi UKM ?, dalam Ekonomi Kerakyatan dalam Kancah Globalisasi. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.

Sabtu, 13 Juli 2013

Sumber - Sumber Pembiayaan Usaha di Indonesia

Dalam upaya pengembangan suatu usaha di perlukan strategi dan rencana bisnis yang tepat, salah satu strategi itu adalah strategi pembiayaan. Terdapat empat kelompok besar sumber pendanaan :
  1.  Dana internal : merupakan dana yang berasal dari internal perusahaan (cash flow internal: seperti laba dan akumulasi penyusutan) atau pun berasal dari penjualan aset usaha dan atau aset pribadi.
  2. Dana investor : merupakan sumber dana dari pihak eksternal yang tertarik berinvestasi pada bisnis atau usaha yang sedang dan atau akan dijalankan. Dana investor dapat berupa pinjaman perusahaan, investasi langsung, kerjasama investasi, atau pun pembelian saham.
  3. Dana Suplier : merupakan sumber dana yang tidak secara langsung terlihat sebagai fisik uang, namun sumber dana dari suplier berupa fasilitas tempo pembayaran yang lebih panjang. Sumber dana suplier biasanya terjadi jika sudah terdapat kepercayaan yang besar kepada kunsumennya.

Dana Lembaga Keuangan : lembaga keuangan di maksud dapat berupa Bank, atau pun lembaga-lembaga pembiayaan lainnya.
Dalam kriteria resiko maka keempat sumber pendanaan ini dapat di kelompokan menjadi :
  1. Low Risk : dana internal
  2.  Low – Medium risk : dana suplier
  3.  Medium : dana Lembaga Keuangan
  4. Medium – High risk : dana Investor.

Dana internal memiliki konsekwensi / risk rendah karena pengeluaran dana tidak memiliki dapak kewajiban baru, baik dari sisi pengelolaan keuangan maupun manajemen. Dana suplier dapat menjadi medium risk bilamana suplier menerapkan bunga progresive terhadap tempo yang kita peroleh, risk ini akan berdampak pada beban biaya usaha yang semakin besar. Lembaga keuangan memiliki risk medium karena lembaga keuangan memiliki pola yang pasti baik itu mengenai syarat, dan imbal hasil yang di harapkan. Lembaga keuangan tidak mencampuri urusan management, lembaga keuangan hanya berpengaruh pada pengelolaan keuangan saja. Dana investor cenderung memiliki risk medium sampai tinggi, karena selain imbal hasil yang tidak memiliki pola yang pasti, juga cenderung mempengaruhi keputusan manajemen.
Sumber dana yang terbaik adalah sumber dana yang dapat di ukur manfaat dan resikonya, bagi perusahaan yang memiliki sumber dana internal kuat dapat memilih opsi penyediaan dana internal. Namun untuk tetap menjaga kesehatan cash flow usaha, sumber dana dapat di pertimbangkan yang berasal dari eksternal, baik itu Bank, Suplier maupun investor.
Bank cenderung memiliki kekuatan yang lebih besar, imbal hasil terukur, menjadi pilihan yang terbaik. Bank menjadi resiko bilamana usaha atau bisnis yang dijalankan tidak sesuai dengan rencana dan strategi bisnis.


sumber : http://binaukm.com/2010/12/sumber-sumber-pembiayaan-usaha/

Perkembangan Usaha Tape di Kuningan

Sistem pelaksanaan otonomi menuntut suatu wilayah untuk memiliki kemandirian dan mengembangkan daya saing untuk meningkatkan perekonomiannya dengan memanfaatkan segenap potensi lokal baik berupa sumber daya alam, manusia, maupun pemerintahan yang dimiliki. Sejalan dengan hal ini, usaha pengembangan usaha kecil dapat menjadi salah satu jawabannya. Di Kabupaten Kuningan, dimana guna lahannya didominasi oleh lahan pertanian dan penduduknya bekerja pada sektor pertanian, industri yang ada didominasi oleh industri makanan. Salah satu produk makanan yang menjadi komoditas unggulan Kabupaten Kuningan adalah tape ketan. Usaha ini merupakan talenta atau kekuatan lokal serta menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Namun, kendati telah berjalan selama lebih dari tiga puluh tahun, perkembangan usaha tape ketan masih lambat serta belum berkontribusi tinggi terhadap pengembangan ekonomi lokal. Sehingga dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal.
Berdasarkan hasil studi, ditemukan bahwa usaha tape ketan di wilayah kajian studi belum mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal karena meskipun usaha tape ketan telah mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal, namun kemampuan bertahan usaha tape ketan masih belum kokoh (permodalan lemah, bahan baku non-lokal, sistem manajemen yang tradisional, dan pemasaran yang terbatas) serta kemampuan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru yang dimiliki usaha tape ketan masih mendukung dan optimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan usaha tape ketan ini sendiri berasal dari internal (dalam perusahaan seperti latar belakang pendidikan pengusaha, motivasi pengusaha), maupun kondisi eksternalnya (dari luar perusahaan seperti dukungan pemerintah, kondisi geografis, ketersediaan sarana pendidikan dan ekonomi, daya tahan produk, lokasi unit usaha). Jadi, dapat dikatakan bahwa usaha tape ketan di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur masih berada dalam tahap embrio yang masih ringkih dan memerlukan sokongan dari pemerintah lokal.
Sehubungan dengan hal ini maka direkomendasikan upaya pengembangan dari segi bantuan modal, penyuluhan pertanian, sistem manajemen, teknik pemasaran, inovasi produk, peningkatan sarana pemasaran, menumbuhkembangkan iklim usaha yang kondusif untuk menarik investasi serta pembentukan organisasi khusus pengusaha tape ketan. Sehingga diharapkan usaha tape ketan untuk selanjutnya mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur.


Selasa, 02 Juli 2013

Pengangguran dan Kemiskinan

HUBUNGAN ANTARA PENGANGURAN DAN KEMISKINAN

            Pengangguran adalah salah satu factor timbulnya kemiskinan. Pengangguran dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya kesenjangan penyediaan lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan. Pengangguran juga dapat terjadi meskipun jumlah kesempatan kerja tinggi akan tetapi terbatasnya wawasan dan skill yang dimiliki setiap orang berbeda sehingga setiap perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan juga menyeleksi kemampuan orang yang mereka butuhkan di perusahaan tersebut.

            Kemiskinan merupakan keadaan dimana seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan pendidikan. Kemiskinan disebabkan oleh ketidak punyaannya alat kebutuhan dasar yaitu uang ataupun sulitnya mencari pekerjaan dan terjadilah yang namanya pengangguran. Pengangguran umumnya disebabkan kareana angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah social lainnya. 

BLSM dan kenaikan BBM

Menurut saya BLSM ( Bantuan Langsung Sementara Masyarakat ) saat ini tidak efisien, kenapa tidak efisien? Karena dengan adanya kenaikan BBM pada saat ini kenapa pemerintah tidak menggunakan dana kompesasi BBM untuk perbaikan infrastruktur atau pembangunan di bidang pendidikan di samping itu juga menumbuhkan usaha kecil menengah agar terciptanya lapangan kerja, daripada dana tersebut digunakan untuk BLSM.

 Saya setuju masyarakat perlu dibantu, tetapi tidak dengan cara menggelontorkan dana secara tunai begitu saja, karena dengan cara tersebut tidak mendidik, masyarakat miskin akan selalu mengandalkan dana bantuan dari pemerintah, sehingga masyarakat miskin akan tetap miskin. Seharusnya pemerintah memikirkan cara mengatasi kemiskinan yang ada di negeri ini dengan cara mendirikan berbagai UKM mandiri, menciptakan lapangan pekerjaan lebih efektif daripada dengan memberikan dana tunai itu.        

Selasa, 08 Januari 2013

Pengantar Bisnis 3


1.     Apa yang anda ketahui tentang bisnis ?
Bisnis adalah suatu kegiatan menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya untuk mendapatkan keuntungan.

2.    Jelaskan definisi bisnis menurut 10 pakar di dunia !
a.   Mahmud Mach foedz
Bisnis adalah perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
b.  Brown dan Petrello
Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
c.   Mussleman dan Jackson
Bisnis adalah suatu aktivitas yang memenuhi kebutuhan dan keinginan ekonomis masyarakat dan perusahaan diorganisasikan untuk terlibat dalam aktivitas tersebut.
d.  Hughes dan Kapoor
Bisnis adalah suatu kegiatan usaha indivisu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang atau jasa guna mendapatkan keuntungan.
e.   Steinford
Bisnis adalah suatu aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan oleh konsumen yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak memiliki badan hokum maupun badan usaha seperti, pedagang kaki lima yang tidak memiliki surat izin tempat usaha.
f.   Huat, T Chwee
Bisnis adalah istilah umum menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari.
g.   Allan Affuah
Bisnis adalah sekumpulan aktivitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan mentransformasi berbagai sumber daya menjadi barang atau jasa yang diinginkan konsumen.
h.  Glos, Steade dan Lawry
Bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.
i.    Griffin dan Ebert
Bisnis adalah sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen.
j.   Boone dan Kurtz
Bisnis adalah semau aktivitas yang bertujuan mencari laba dan perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh sebuah system ekonomi.

3.    Apa yang anda ketahui tentang franchising ?
Franchising adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Dengan demikian, franchising bukan sebuah alternative melainkan salah satu cara yang sama kuatnya dengan cara konsvensional dalam mengembangkan usaha.

4.    Beri contoh bisnis internasional yang ada di Indonesia yang sedang maju saat ini dan jelaskan secara detail !
PT. YASUFUKU INDONESIA adalah anak perusahaan dari Yasufuku Rubber Industries, CO., LTD ( Kobe,Jepang ). Perusahaan ini didirikan pada mei 1995 dan mulai memproduksi pada januari 1996. Perusahaan ini memproduksi komponen karet dan plastic untuk kebutuhan kendaraan dan industry. Perusahaan ini dipercayaioleh para pelanggan yang memiliki reputasi tinggi di Jepang. Di Jepang sendiri perusahaan ini telah memiliki 2 lokasi pabrik dan di 4 negara lainnya yaitu, Amerika Serikat, Indonesia, Vietnam dan Brazil. Lebih khususnya lagi perusahaan ini memiliki prinsip “Qualty First”.
5.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan perusahaan, organisasi, manajemen, dan manajeman produksi !
Perusahaan adalah suatu organisasi dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan.
Organisasi adalah suatu kelompok dimana orang-orang berkumpul untuk mencapai tujuan bersama.
Manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya organisasi.
Manajemen produksi adalah salah satu bagian dari bidang manajemen yang mempunyai peran dalam mengoordinasikan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan.